“Pantas belakangan ini pernak-pernikku hilang satu-satu.
Ternyata dia pelakunya!” Sarah menunjuk-nunjuk ke arah Tiana.
Yunita memicingkan mata dan melipat lengan di depan dada.
Pom-pom merah jambu tergeletak di kakinya. “Baru kemarin ikat rambut favoritku
hilang.”
“Bukan gitu, aku cuma mau pin—”
“Nonsense!” cetus
Sarah.
Yunita menyeringai puas. “Kamu klepto, Ti.”
Usaha
Tiana mempertahankan popularitas di SMP sia-sia setelah aksi mengutilnya
dipergoki teman-teman di klub pemandu sorak. Tak hanya didepak dari klub, ia
juga harus menerima julukan Miss K alias Miss Klepto hingga lulus sekolah.
Namun Tiana tidak bisa berhenti mengutil. Ia frustrasi dan memutuskan untuk
menghindar dari teman-teman lamanya dengan memilih SMA yang berbeda. Sayangnya,
prediksi Tiana meleset. Masih ada Dinda yang di SMP dulu ikut memusuhinya
setelah aib Tiana terbongkar. Ada Stefan yang terkenal kepo dan tahu ada yang
tak beres dengan Tiana. Ada Sherry yang sering memperhatikan Tiana dari jauh.
Ada Ardhan yang cuek tapi berani bicara frontal. Semua orang tampaknya
mencurigai tindak-tanduk Tiana. Tiana pun sadar ada yang salah dengan dirinya.
Namun Tiana tetap tak mampu mengendalikan jari-jarinya.
Rust in
Pieces, Nel Falisha
Ice
Cube Publisher, 2015
***
Once again I said that… I love the blurbs of YARN. Tidak menipu
karena benar-benar mencerminkan isi novelnya. Dan, memang, novel ini
menceritakan tentang Tiana yang klepto. Selain blurb yang bagus, saya sebenarnya mau komentar soal desain
sampulnya yang kurang oke—buat selera pribadi saya—karena terkesan novel horor.
Tangan-tangan di sampulnya terkesan kayak tangan hantu… hehehe.
Yang
membuat saya suka dengan novel ini adalah alur cerita dan premis yang baru. Ini
kayaknya pertama kalinya saya baca novel tentang tokoh utama yang punya
penyakit kleptomania. In case, harus
dibedakan lho klepto seperti apa dan pencuri seperti apa. Karena hal tersebut
memang berbeda.
Plot
dan alur ceritanya juga terjaga. Pace-nya
nggak terlalu cepat, nggak terlalu lambat juga. Pas. Karakter-karakter di novel
ini juga manusiawi, meski saya nggak menangkap chemistry yang solid. And I’ll clap my hands to author karena
risetnya yang oke soal mental disorder
seperti ini.
Selain
itu, gaya bertuturnya juga cukup enak. Tapi saya tidak terlalu “sreg” dengan
karakter Tiana sendiri. Kayaknya nanggung. Tapi bisa jadi karena pengarangnya
mengambil tokoh yang masih remaja, kan.
Penyelesaian
novel ini juga sebenarnya oke—agak sedikit main aman. I love this novel, tapi nggak terlalu membekas. Ketika membaca ini
pun ingatnya cuma novel tentang Tiana yang punya penyakit kleptomania. Just need a bit feeling, sebenarnya.
Mungkin saya bisa menaikkan bintang di Goodreads karena secara plot dan
karakter sudah masuk kategori yang saya suka. Tapi namanya juga novel, tidak
semuanya dapat memuaskan pembaca.
Dan
terus menulis, Nel Falisha! Saya tunggu novel anak kuliahannya… (Lagi pengin
baca novel anak kuliahan.)
No comments
Post a Comment