“Aku
berharap musim dingin dapat membekukan rasa sakitku,” ujarku lirih.
“Begitu?”
tanya laki-laki itu, asap putih yang hangat keluar dari mulutnya. “Kau pikir,
ketika rasa sakit itu membeku, kau tidak akan merasakan sakit lagi?”
“Mungkin
begitu.”
“Kurasa
kau tidak akan bisa membekukan rasa sakitmu.”
“Kenapa?”
“Karena
rasa sakitmu akan mencair ketika musim semi tiba.”
Tiap tahun, Miyazaki Sora selalu menantikan kedatangan musim
dingin. Titik-titik putih yang jatuh dari langit berarti tiba waktunya untuk
bermain di halaman bersama sang ayah, sementara si ibu akan menyiapkan hidangan
lezat di meja makan. Di balik gunungan salju yang menumpuk di halaman, Sora
menemukan kehangatan kasih sayang kedua orangtuanya. Namun itu dulu. Sebelum
suatu rahasia yang terbongkar di musim dingin tiga tahun lalu merenggut nyawa
ibunya. Sebelum judi dan alkohol menjerat perhatian ayahnya. Sebelum Sora
memilih melanjutkan hidupnya dengan menapaki jalan yang salah.
Haru no Sora, Laili Muttamimah
Ice Cube Publishers
***
Kisah
tentang Sora yang harus menanggung kehidupan keluarganya—kehidupan dirinya
sendiri dan ayahnya—dengan menjadi wanita penghibur. Sora masih duduk di bangku
SMA, tapi beban di pundaknya tidak seringan teman-temannya yang hanya terpaku
dengan ujian dan roman. Ia harus tetap bekerja, tanpa ada yang tahu
pekerjaannya.
Sora
memiliki dua sahabat yang selalu ada di sisinya. Tapi, bukan berarti dua
sahabatnya itu tahu bagaimana Sora ketika tidak di sekolah. Mereka hanya tahu
Sora adalah gadis tujuh belas tahun yang cantik yang gemar mengganggu Ai—teman sekelasnya
yang gemuk.
Sampai akhirnya Sora bertemu dengan Haru, dan membuatnya sadar bahwa hidupnya
berharga. Dan bahwa sebenarnya ia adalah remaja SMA yang bisa jatuh cinta.
Sora,
bagaimanapun ia membenci ayahnya, ia hanya kesepian. Mungkin bisa saja Sora meninggalkan
ayahnya yang hanya mabuk-mabukan dan membawa perempuan ke rumahnya… tapi Sora
selalu berharap bahwa sosok ayahnya akan kembali seperti dulu yang selalu
disayanginya.
Pertama
kalinya membaca novel Laili Muttamimah, dan saya cukup suka dengan gayanya
bercerita. Meskipun demikian, saya selalu tahu arah twist dari cerita ini… mungkin karena saya bercita-cita menjadi
cenayang—nggak nyambung sih. Saya juga sebenarnya skeptis dengan novel penulis
lokal yang mengambil setting Jepang. Well, untung jalan cerita dan gaya
menulisnya menarik.
Karakter
yang ada di novel Haru no Sora ini
kuat dan masing-masing memiliki peran dalam pergerakan cerita, tidak mubazir.
Omong-omong, saya paling suka karakter Ai—jadi ingat novel The Princess in Me karya Donna Rosamayna yang saya baca
bertahun-tahun yang lalu deh!
Ceritanya
juga fleksibel, lincah, dan asyik diikuti. Meski terus terang, saya banyak skip saat Haru dan Sora kencan. Saya
suka dengan konflik yang disajikan dalam novel ini. Banyak pula pesan moralnya—bukan
sekadar novel remaja cinta-cintaan yang FTV-ish!
Untuk setting, tidak perlu dijelaskan terlalu
detail karena saya tidak terlalu paham dengan Jepang. Tapi saya bisa
memvisualisasikannya dengan baik lewat tulisan Laili. Good job.
Untuk
teknisnya sendiri, sebenarnya saya—lagi-lagi—menyayangkan cover-nya yang begitu pucat (yang ada di blog ini versi pink mentereng, anyway). Padahal ini cerita baik, kenapa harus
dengan sampul buku yang tidak menarik seperti itu? Soal typo, saya rasanya kurang yakin menyebutnya typo, karena gaya penggunaan angka—saya pernah membahasnya di novel
Remedy—oleh Ice Cube Publisher. Saya juga menemukan saputangan ditulis
terpisah: “sapu tangan”. Dan yang paling cukup mengganggu sebenarnya adalah
kata “kali lain”, “kali kedua”, “kali pertama”, dan seterusnya. Oh, itu kali
yang keberapa? Kali yang mana? Kali Ciliwung? (oke, saya mulai ngaco).
Secara keseluruhan, saya menyukai novel ini. Yeah, saya rasa novel ini berada
di atas Remedy, kalau boleh jujur. Oh iya, Haru no Sora ternyata juga judul sebuah manga dan anime.
3.5
bintang—antara I liked it dan very liked it!
ini yang ada anime nya bukan ya?
ReplyDeleteDownload film subtitle english