Hanna, listen.
Don’t cry, don’t cry.
The world is envy.
You’re too perfect
and she hates it.
Aku tahu kau menyembunyikan luka di senyummu yang retak.
Kemarilah, aku akan menjagamu, asalkan kau mau mengulurkan tanganmu.
“Waktu tidak berputar ulang. Apa yang sudah hilang, tidak akan
kembali.
Dan, aku sudah hilang.” Aku ingat kata-katamu itu, masih terpatri di
benakku.
Aku tidak selamanya berengsek.
Bisakah kau memercayaiku, sekali
lagi?
Kilat rasa tak percaya dalam matamu, membuatku tiba-tiba
meragukan diriku sendiri. Tapi, sungguh, aku mencintaimu, merindukan manis
bibirmu.
Apa lagi yang harus kulakukan agar kau percaya?
Kenapa masih
saja senyum retakmu yang kudapati?
Hanna, kau dengarkah suara itu?
Hatiku baru saja patah….
Interlude, Windry Ramadhina
Paperback, 380
pages
Published
May 2014 by Gagasmedia
***
Blurb yang memikat dan cover yang
begitu cantik, bukan? Saya tahu nama Windry Ramadhina sejak lama. Sejak review Montase
membanjiri timeline Goodreads saya. Ditambah lagi, review yang
diberikan memberikan respons positif. Kepo, saya juga add Mbak
Windry di Goodreads. Meski sempat kecewa dengan novel thriller-nya,
saya menaruh ekspektasi yang cukup bagi karya pengarang dengan genre new
adult maupun young adult.
Lalu, terbitlah Interlude. Saya yang belakangan pusing
dengan tetek-bengek skripsi, akhirnya memilih untuk relaks membaca novel. Dan
saya memilih untuk membeli novel ini (saya tadinya padahal mau beli novel Just
One Day).
Saya pun mulai membaca kisah Hanna, Kai, Gitta, dan Jun.
Saya kira awalnya ini kisah empat orang sahabat yang akhirnya
jatuh cinta. Ya semacam formula seperti demikian. Ternyata tidak, ya.
Mengisahkan dua pasangan yang menjadi sorotan, Hanna dan Kai, yang keduanya
memiliki memar masing-masing. Hanna yang selalu ketakutan dengan sosok pria
karena masa lalu yang membekas. Kai yang memiliki keluarga yang patah,
sekaligus memandang wanita sebagai sosok manipulatif. Gitta yang pernah
terjerat rayuan Kai dan akhirnya jadi teman satu band (dengan
genre jaz) Kai bersama Jun. Di dada mereka tersimpan
ketakutan tentang cinta. Dan dalam novel ini, ada pencapaian yang mereka
lakukan.
Begitu lah secara besar garis ceritanya. Lalu, bagaimana dengan
kelebihan dan kekurangan novel ini (sesuai dengan asumsi pribadi dan selera
pribadi saya)?
Yang pertama, plusnya dulu yuk!
- Mbak
Windry memiliki kosakata yang cukup kaya. Saya tidak bohong. Saya suka
sekali bagaimana narasi yang dibuat oleh Mbak Windry di novel ini. Kesan angst langsung
menyelimuti saat mulai membaca Interlude.
- Plotting yang cukup
rapi. Jalinan cerita begitu rapi dan apik. Sehingga pembaca seperti saya
merasa harus melahap novel ini dalam sekali duduk. Tidak menunda-nundanya
lagi.
- Karakter
yang kuat. Saya suka bagaimana sikap Hanna yang lugu dan polos. Saya suka
bagaimana Gitta terkesan melindungi Hanna, juga Kai. Saya suka bagaimana
karakter selain Kai-Hanna, Gitta-Jun, juga hidup.
Lalu, saya kurang sreg dengan beberapa hal... seperti...
- Kai
yang mencintai dunia hukum dan memiliki IP 4 dalam kurun waktu enam
semester di FHUI. Entah ya. Saya juga anak UI. Sedikit banyak saya tahu di
FH seperti apa. Betapa sulit mendapat nilai A di sana. Apalagi di sini
setelah enam semester mendapat A, Kai memilih untuk cuti. Oh, well,
asumsinya semua mata kuliah lulus. Dan... mungkin saja si Kai ini sudah
lulus. Iya, lulus. Karena setahu saya di FHUI itu kemungkinan lulus tiga
tahun itu ada, dan 3.5 tahun itu seperti lulus 4 tahunnya fakultas lain.
Di sini rasanya agak aneh aja gitu. Terkesan Mbak Windry cuma asal tempel
tanpa tahu keadaan aslinya seperti apa. Kurang riset. Padahal gampang aja
untuk tanya di FHUI seperti apa. Tapi ya mungkin saja memang ada yang smart-arse itu
seperti Kai. Atau setting waktunya yang tidak sekarang.
- Saya
suka gaya cerita Mbak Windry, tapi terus terang dialog yang dipakai
membuat saya enggan. Terlalu kaku dengan kau-aku. Rasanya aneh membaca
percakapan mahasiswa yang demikian tidak luwes. Untungnya bahasa Mbak
Windry begitu apik, jadi saya asumsikan saya baca novel terjemahan.
Hahaha.
- Banyak
yang tidak terselesaikan. Pandangan mahasiswa di kampus Hanna, bagaimana
Ian setelah didamprat dari band, dan juga konflik yang terlalu
cepat. Mungkin akan ada sekuel? Kalau iya, saya senang sekali hahahaha.
Mungkin demikian. Secara keseluruhan, saya berikan bintang tiga!
:) I liked it!