"Kuberi tahu kamu soal Febri, cowok yang
gantengnya bisa bikin artis Korea langsung ingin operasi plastik lagi. Aku
tergila-gila padanya. Peduli setan sohibku naksir dia. Aku nggak peduli status
gebetanku di sekolah, nggak peduli mamaku mencak-mencak, nggak peduli brownies buatanku
hangus demi cinta. Bahkan ketika gebetanku diam-diam punya rahasia, aku juga
nggak peduli.
Kamu pikir cintaku bego? Emang!
Kamu baru tahu?"
Cinta Emang Bego, Nikma. TS
Moka
Media
****
Ketika membaca blurb dari novel ini, yang
langsung tercetak jelas di pikiran saya adalah novel komedi. Alih-alih saya
menyimpulkan dari premis yang samar terbaca. Sebenarnya, genre komedi
untuk sebuah novel bukanlah favorit atau selera saya. Tapi saya pun berusaha
membacanya.
Jadi, di novel perdana Nikma. TS ini, menceritakan tentang Lintang
yang tergila-gila oleh sekuriti sekolahnya. Dideskripsikan kalau sekuriti
sekolahnya ini begitu ganteng, bahkan beberapa perempuan di sekolahnya juga
ikut terpesona dengan outer yang dimiliki oleh Febri (nama
sekuritinya).
Lintang pun harus susah payah mendapatkan cinta Febri. Apalagi
sahabatnya di SMA, Virna, juga naksir dengan Febri. Bukan hanya itu, sahabat
yang sudah menjelma rival itu lebih "berada" dibanding Lintang.
Untungnya, Lintang memiliki kesempatan untuk dekat dengan Febri dengan
menawarinya ngekost di rumahnya. Jadi, Lintang pun bisa dekat-dekat dengan
Febri sepulang sekolah.
Seperti cerita coming of age pada umumnya,
akhirnya Lintang dan Virna musuhan karena "rebutan" Febri. Mereka
berdua mulai dengan rencana bagaimana bisa "menang" dalam duel yang
berkobar.
Sampai akhirnya mereka tahu siapa Febri sesungguhnya.
****
Kekurangan dari novel besutan Nikma ini adalah bagaimana penulis
tidak mengeksplor lebih jauh setting yang digunakan. Padahal,
bagi saya pribadi Nikma bisa menyisipkan deskripsi yang baik soal Malang. Nikma
hanya membuat setting jadi sebuah tempelan. Amat disayangkan
karena bisa dieksplor lebih jauh. Mungkin karena terbiasa "bercerita
layaknya diary" dengan menggunakan PoV 1. Narasi yang digunakan
lebih banyak hanya tentang perasaan "Lintang", sedikit sekali
menggunakan panca indera yang lain untuk membangkitkan suasana.
Konflik yang digunakan pun "teraba" oleh pembaca seperti
saya. Bahkan, dengan mudah menebak apa yang ingin dijadikan twist oleh
penulis. Jadi, ketika membaca sampai habis, sama sekali tidak terkejut. Mungkin
karena klu yang dibuat memang diarahkan seperti itu ya.
Kelebihan dari novel ini adalah gaya menulis yang lincah dan
mengalir. Bahkan, saya cukup kaget ketika bisa menyelesaikan novel yang bukan
biasa jadi "makanan" saya. Artinya, penulis memiliki gaya menulis
yang cukup baik sehingga saya bisa menyelesaikannya dengan cepat.
Selain itu, saya benar-benar mengkhayalkan adegan komikal ketika
Lintang bertanya pada Sandra tentang trik untuk menggaet cowok. Itu lucu banget
buat saya. Apalagi pemilihan kata-kata "ngocol" seperti pepatah yang
diplesetkan. Benar-benar buat meringis! :D
Untuk pendapat saya pribadi, walau penulis menggunakan PoV 1 di
mana sehurusnya saya bisa ikut terhanyut dengan perasaan galau, sama sekali
tidak bagi saya. Mungkin karena saya tidak terlalu menyukai genre ini.
Karakter yang diciptakan juga tidak likeable, lagi-lagi karena bagi
saya yang sudah berumur (kepala dua), sikap mereka kekanakkan. Termasuk Faundra
yang sudah kuliah. Karakter yang ada masih perlu digali lebih dalam, sehingga
pembaca dapat merasakan simpati.
Terlepas dari itu semua, saya rasa Nikma bisa menjadi penulis light
comedy ala coming of age seperti Sophie Kinsella atau
Mia Arsjad (saya baca novelnya bisa membuat pembaca tertawa lalu terisak
sedih). Menulis kan memang proses. Untuk sebuah debut, saya sangat
mengapresiasinya. Nikma juga harus banyak membaca novel-novel bagus sehingga
memunculkan premis-premis novel light comedy yang enak untuk
dibaca agar makin terasah.
Semangat dan semoga karir menulis Nikma terus menanjak.
PS:
Saya boleh nggak sih jadi proofreader di Moka
Media. Iseng, ketika membaca saya mencatat beberapa typo yang
ada di novel ini. Hitung-hitung perbaikan untuk cetak ulang nanti. Hehehe.
- Pos satpam 4x4
meter rasanya berlebihan. Irasional deh kayaknya :)
- Penggunaan kata
brownies, seharusnya brownies karena belum masuk padanan
KBBI.
- pak Taufik >
Pak Taufik (hal 2)
- But > But (hal
8)
- saliva > saliva (hal
9)
- cowok-cowok
pacarmu > pacar-pacarmu (hal 11)
- dibawanya >
dibawa (hal 11)
- kami— di
> kami—di (hal 14)
- ke17 > ke-17
(hal 23)
- mas > Mas
(hal 29, 57)
- android >
Android (hal 29)
- sorry > sorry (hal
41)
- jawa > Jawa
(hal 42)
- bondo > bondo (hal
42) | Ini istilah Jawa (kalau iya, dimiringkan, kalau nggak, ya tetep typo untuk
"bodoh".
- Smartphone > Smartphone (hal
43)
- mood > mood (hal
44)
- Ajrit >
Anjrit (hal 45, kalau dilihat pemakaian kata anjrit pada halaman
sebelumnya)
- eskul >
ekskul (hal 49)
- Bahasa >
bahasa (hal 50)
- nafas > napas
(hal 50)
- hunting > hunting (hal
51)
- No, thanks > No,
thanks. (hal 51)
- Deal > Deal (hal
51)
- Satpam >
satpam (hal 52)
- nggak > tidak
(inkonsistensi narasi) (hal 63, 68, 78, 168)
- kakak > Kakak
(memanggil langsung) (hal 63)
- dia > ia
(inkonsistensi) (hal 95, 126, 150, 156)
- bodo > bodoh
(hal 67 dan yang lain *lupa catat*)
- kran > keran
(hal 70)
- jogging > jogging (hal
72)
- suka rela >
sukarela (hal 76)
- Enggak >
nggak (inkonsistensi) (hal 95)
- sapu tangan >
saputangan (hal 101)
- tanpak >
tanpa (hal 107)
- pop corn > popcorn (hal
118)
- knop > kenop
(hal 120)
- surah > surat
(hal 122)
- laptop > laptop (hal
129, 130)
- type > tipe
(hal 142)
- Ferbri >
Febri (hal 143)
- ha > kata
"ha" dihapus (hal 150)
- ya" >
ya," (akhir kalimat langsung) (hal 152)
- adiknya >
adiknya." (akhir kalimat langsung) (hal 152)
- sungguh >
Sungguh (hal 160)
- band > band (tergantung
bahasa selingkung penerbit sih hehe) (hal 171)
Tanks kak reviewnya heheeheh....
ReplyDeleteJangan Lupa Kunjungi Blog/Artikel Kitaa Ya Kaka " Berbagi Itu Indah " !!!!!!
( >>> DISINI <<< )
Seputar Aritkel Bola
Download Game Online
Artikel Bola Terupdate 2017
Good
ReplyDelete