"Akan kuberitahu siapa yang kusukai."
William, harus melawan kesedihan setelah
kepergian sahabatnya ke Swiss.
Laura, berpikir kecantikannya bisa memberi
segala yang tak bisa diberikan keluarganya yang hidup sederhana.
Evan, berjuang melupakan masa lalu yang kelam
saat hidup di jalanan.
Nana, belajar mengambil keputusan sulit untuk
menyatukan kembali keluarganya yang berantakan.
Empat remaja yang berusaha memahami diri
sendiri serta arti mencintai keluarga.
Keempat-empatnya punya topeng yang ingin mereka
lepaskan.
Keempat-empatnya punya rahasia yang ingin
mereka bagi.
Sebab semua orang punya masa lalu. Dan mimpi
Song of Will, Jason Abdul
Moka Media
***
Ketika membaca sinopsis di belakang novel ini, saya langsung
penasaran. FYI, saya juga sedang coba menyelesaikan naskah tentang empat orang
sahabat (yang sudah ditagih oleh editor tapi tidak kunjung selesai karena
sedang menyelesaikan skripsi... hiks). Mungkin saja novel ini bisa dijadikan
referensi, hihihi. Tapi ternyata persoalan dan konfliknya beda. Apalagi
ternyata ini masuk ke dalam cerita coming of age. Tapi,
novel Song of Will ini bukan novel coming of age biasa yang
menceritakan kisah cinta pada umumnya novel remaja Indonesia yang cenderung light dalam
berkisah.
Novel ini menceritakan Will yang memiliki suara emas dan begitu
tampan. Dapat dikatakan Will adalah salah satu cowok most wanted di
sekolahnya. Pergejolakan batinnya dimulai ketika sahabatnya, Ben, pindah ke
Swiss. Sampai akhirnya datanglah Evan aka "Evil" yang pindah ke
sekolahnya dan sekelas. Evan adalah sahabat lama Will di SMP. Juga rentetan
kejadian yang mengharuskan Will berkenalan dengan Nana di mana saat itu Nana
"terpeleset". Serta Laura, perempuan yang begitu gemar berpetualang
akan cinta.
Mau tahu serunya perjalanan mereka? Oh, you have to read
by yourselves! :p
***
Baiklah, mari kita mulai me-review. Dan seperti biasa, saya
selalu memulai dari bagian yang kurang saya sukai.
- Kekurangan
dari novel ini adalah karakter yang tidak tergali. Mungkin saja ini hanya
masalah selera dalam membaca. Tapi sayangnya tidak ada karakter yang likeable,
hanya pada Laura saya menaruh simpati. Eksplorasi vocal
group yang rasanya kurang. Sebagai penikmat musik (halah, gaya
banget nih saya), harusnya bisa lebih digali. Hohoho
- Penulis
rasanya bermain aman dengan konflik yang ada di dalam novel ini. Uh, saya
memang terlalu menyukai "drama". Cukup disayangkan penulis tidak
menggali lebih jauh konflik dalam diri Will, Laura, Evan, dan Nana. Eh
tapi kalau konfliknya banyak, bukunya bakalan tebal dong ya.
- Setting. Jujur saja,
saya tidak tahu di mana setting tempat novel ini. Mungkin
saja saya yang skip membacanya? Tapi yang jelas saya
tidak tahu di mana kota yang diambil penulis. Awalnya, saya ingin mengira
ini di Jakarta. Tapi, ketika Will berbicara dengan Ben dengan
"aku-kamu", rasanya tidak mungkin. Mungkin Bandung? Atau Jawa?
Tapi rasanya hidup tokoh-tokohnya sudah dapat digolongkan modern
- Kalau
yang keempat, rasanya hanya selera pribadi saya. Kenapa? Karena saya
merasakan keganjilan ketika membaca novel ini. Dari halaman awal, saya
merasa bahwa galau yang ditimbulkan Will terlalu "perempuan",
sehingga saya tidak terkejut dengan twist yang dimaksud
oleh penulis. Sebenarnya saya bingung, ini termasuk ke dalam kekurangan
atau bukan ya? :D
Selesai untuk kekurangannya, sekarang kita lihat kelebihan novel
ini! :)
- Dude, are
you getting bored with light story in TeenLit? Kalau jawabannya
ya, kamu bisa membaca novel ini karena jalinan cerita yang ditawarkan
cukup berbeda. Mulai dari cerita anak jalanan, vocal group,
permasalahan rumah tangga atau keluarga, bahkan (sial, ini spoiler kalau
saya bilang... tapi saya bilang deh) orientasi seksual. Saya tidak heran,
karena Jason Abdul di dalam ucapan terima kasihnya menulis sangat
mengidolakan Melina Marchetta. Saya juga kok. TeenLit tulisan Melina
Marchetta kan memang keren-keren! *ngajak Jason nge-fanboy*:)
- Novel
yang semarak akan tokoh (ada empat lakon dan banyak sekali yang ikut
bercerita di sini seperti keluarga tokoh-tokohnya), tidak membuat saya
bingung dalam mengikuti cerita.
- Plot yang buat
penasaran. Meski tadi saya sempat mengungkit bahwa saya tahu twist yang
akan diberikan penulis, tapi saya masih belum tahu ke mana penulis akan
membawa cerita, sehingga ketika membaca Song of Will, saya harus dalam
sekali baca. Tidak menunda-nunda. Jadi, novel ini punya magnet.
- I
love the cover! Beneran
suka banget loh! Keren gitu. Eh ini tidak masuk dalam kelebihan novel ya?
Hihihi. Tapi saya benar-benar suka! Meski sebenarnya "ide" cover novel
ini sedang trend (seperti yang saya baca di Facebook-nya
Jason Abdul sendiri, hehe).
Sebenarnya, saya di awal menduga bahwa Will ini penganut bromance.
Tapi, makin ke halaman 45, saya rasa... Will ini 'bermasalah'. Dan, ternyata
terbukti ya.
Oh iya, saya baca review di Goodreads dan bilang
kalau ini adalah naskah Jason Abdul sebelum jadi editor di TeenNoura. Jadi
penasaran sekarang tulisan apalagi yang akan diberikan seorang Jason Abdul.
Penasaran! :)
Terus berkarya! Suatu saat, kita ngobrol bareng yuk! Kemarin tidak
sempat karena saya buru-buru pulang di JCC!