Saya benar-benar nggak menyangka
yang ikut kuis bisa mencapai 41 orang. Benar-benar melebihi ekspektasi saya!
Terlebih lagi, banyak banget yang komentarnya mengenai perenungan menjadi
favorit saya. Dan yang teratas, ada enam orang. Lalu karena saya cuma punya dua
paket novel, maka harus ada dua saja... Saat memilih lagi, akhirnya memutuskan
dua orang ini yang paling membuat saya ikut berpikir ulang akan tahun-tahun
yang sudah saya lewati.
Pemenang
Paket Buku I
(Cinta
Akhir Pekan, Pojok
Lavender, dan Just The
Three of Us)
Hana
Fathimah (@hanafathimah)
"Apa yang selalu kurenungkan saat bertambah
usia?"
Sejujurnya, bakal lebih mudah menjawabu
pertanyaan berupa, "Apa yang selalu kamu sesali?" atau "Apa yang
selalu kamu takuti?'
Karena
bagiku, merenungkan bertambahnya usia membawaku pada ketakutan dan penyesalan.
Aku merenungkan apa yang telah kulakukan, apa
yang telah orang-orang lakukan padaku, apa yang terjadi selama bertahun-tahun
lalu. Man, I was so happy.
Aku masih ingat pernah mendapat kado waktu SD atau waktu aku mentraktir
teman-temanku waktu SMA. Those
were happy moments for me and my friends. Lalu aku merenungkan kenapa happy times itu rasa-rasanya kian kemari kian
menurun?
Apa
yang salah? Apa yang sudah dan belum kulakukan?
Merenungkan soal apa yang kulakukan.. Ah,
lagi-lagi itu bukan renungan yang menyenangkan. Aku harus jujur pada diriku
sendiri bahwa banyak yang belum kulakukan, banyak yang seharusnya tidak
kulakukan tapi kulakukan. Berapa kali aku mengecewakan orang lain dan diriku
sendiri. Beberapa kali target-target yang ditulis dan ditempel di dinding kamar
itu terlupa begitu saja.
See? Merenungkan usia yang sudah berlalu sangat
membuatku... menyesal.
Dan itu tidak berhenti di situ. Aku juga akan
dipaksa merenungkan masa datang. Seketika aku dihinggapi ketakutan. Mulai dari ketakutan-ketakutan kecil
semacam, "Bagaimana kalau keponakanku, fans-ku
satu-satunya, mulai sadar bahwa tante kebanggaannya ini ternyata tak sekeren
yang ia kira?", "Bagaimana kalau aku harus meninggalkan dunia ini
tanpa pernah benar-benar membuat orang lain bangga?", "Bagaimana
kalau selamanya aku akan terus mengecewakan orangtuaku?", dan masih banyak bagaimana yang lain.
Tak
ada habisnya.
Aku
tentu harus tetap menyingsingkan lengan baju dan menghadapi apa pun yang bakal
datang padaku nanti. Dan biarlah renungan-renungan itu, meski semuanya terkesan
negatif, menjadi panduanku untuk tidak kembali salah mengambil langkah.
Karena dari yang aku tahu, tak jarang badai hidup itu
datang begitu saja memorak-porandakan rencana hidup bahagia yang kau
damba.
Pemenang
Paket Buku II
(Persona,
Circa, dan Early)
Eni Lestari (@dust_pain)
"Apa yang selalu
kamu renungkan saat bertambah usia?"
Yang kurenungkan adalah… apa aku sudah bahagia? Apa
yang sudah kuperbuat selama setahun belakangan? Apa aku terlalu keras pada diri
sendiri?
Ya, itu yang kurenungkan tiap bertambah usia. Kadang
karena situasi, kebahagiaan yang kurasakan itu sekadar pura-pura semata, hanya agar
orang lain nggak merasa cemas denganku. Semacam kebahagiaan semu, biar terlihat
“sama” seperti orang lain. Nah, aku nggak mau seperti itu. Aku pengin kebahagiaan
yang kurasakan bener-bener bahagia yang tulus dari dalam hati.
Aku juga mengevaluasi apa saja yang kulakukan
selama setahun belakangan. Apa sudah sesuai ekspetasi, ada penurunan atau
peningkatan? Bertambah usia berarti umurku makin pendek. Karena itu, aku harus
memotivasi diri sendiri untuk maju ke depan. Nggak ada yang tahu sampai kapan
aku hidup, jadi aku nggak mau menyesal sebelum melakukan hal-hal yang kusukai.
Terlalu keras pada diri sendiri. Yah, mungkin
karena aku punya trauma yang nggak bisa kuceritakan di sini, ada beberapa hal
yang sukar kuterima. Kadang aku memaksa diri sendiri untuk menerimanya, yang
hasilnya membuatku nggak nyaman dan merasa seperti tercekik. Padahal bukan
begitu caranya. Seharusnya aku berdamai dengan traumaku itu. Dan syukurlah, aku
sudah cukup dewasa untuk bisa mengatasinya. Itu tahun-tahun yang sulit bagiku,
tapi sekarang nggak lagi. Saat aku berulang tahun, aku bisa ngomong sama diri
sendiri kalau aku sudah seutuhnya menjadi manusia, tanpa perlu merasa rendah
dengan orang lain.
Selamat untuk yang beruntung. Dan yang belum beruntung, masih bisa ikutan giveaway novel "A untuk Amanda". Untuk dua pemenang, harap kirimkan e-mail berisi nama lengkap, alamat lengkap (dengan kode pos), juga nomor ponsel ke tsaki.daruchi@gmail.com! :)
No comments
Post a Comment