“Tepparapol
Goptanisagorn.”
“Hah?”
ujar Kanna spontan tanpa dia sadari.
“Namaku.
Tepparapol Goptanisagorn,” sang cowok mengulangi, kali ini dengan sedikit lebih
lambat.
Kanna
mengerjap. Tep… teppa… Gopta… “Apa?”
Kanna tahu dia bukan anak
kesayangan Mama-Papa, tapi dibuang ke Singapura tidak pernah ada dalam rencana
hidupnya. Namun apa boleh buat, hasil tes kepribadiannya yang minus membuat
keputusan orangtuanya tak dapat diganggu gugat. Dan di sinilah Kanna akan tinggal
sekarang, di sebuah rumah kos bersama empat orang lainnya dari empat negara
berbeda pula. Baru saja menginjakkan kaki di sana, Kanna sudah disambut oleh
ibu kos superheboh. Dia juga harus berbagi kamar dengan gadis bule yang berbeda
seratus delapan puluh derajat dengannya. Oh, dan suara tangisan siapa itu dari
lantai dua? Cuma setahun, sih, tapi bagaimana cara Kanna bertahan kalau
menyebutkan nama salah satu housemate-nya
saja sudah begitu sulit?
Singapore Begins, Agata
Barbara
Ice Cube Publishers
***
Tidak berekspektasi apa pun
dalam membaca novel Singapore Begins
ini. Rasanya yang juara dalam selera bacaan saya mungkin hanya Haru no Sora yang saya beri 3.5 bintang
dan dibulatkan menjadi 4 bintang.
Tapi ternyata nggak.
Kalau membaca blurb-nya dengan saksama, saya bakal
mengira Goptanisagorn atau biasa dikenal G bakal jadi salah satu tokoh utama
yang akan menemani Kanna. Ternyata tidak. Blurb-nya
tersebut hanya menggambarkan sedikit culture
shocked Kanna saja. Meski memang, G juga masuk di dalam cerita ini.
Yak, jadi novel ini
menceritakan tentang Kanna—iya kan di
blurb-nya sudah jelas banget!—yang harus ke Singapura. Awalnya sempat
mengira kalau novel YARN ini juga bakalan gelap, ternyata nggak. Ini YARN
paling ceria yang saya baca.
Kanna ke Singapura untuk
memperbaiki “kepribadian”-nya. Dan dengan adanya Joon, Sally, G, dan Paresh,
juga si mungil, serta Cantika yang pengin dipanggil “Kakak” padahal adalah
tantenya Kanna, kepribadian Kanna yang cenderung dingin berubah menjadi hangat.
Dan dalam prosesnya, saya suka banget. Pace
ceritanya termasuk cepat, dan saya malah suka karena terasa pas.
Karakter teman-teman Kanna di
sini unik dan membekas, dan mungkin itu adalah salah satu faktor yang membuat
saya betah membacanya. Paling suka sih karakter Sally yang ceplas-ceplos! Plot ceritanya juga terjaga banget. Selain
itu, banyak momen yang buat saya terkekeh. Paling membekas sih saat Kanna baru
membuat status Facebook dan teman-temannya buat komentar di status Kanna.
Soal teknis, saya sebenarnya
juga bingung. Kalau di awal novel terbitan YARN awal (Hikokomori-chan, Haru no Sora,
dan Remedy) saya menduga bahasa
selingkung menyoal “orang tua”, mulai di novel Rust in Pieces, Perfection,
dan sekarang Singapore Begins, malah
memakai orangtua yang berarti parents.
Masih ada beberapa typo, dan saya
lupa catat di halaman berapa karena keasyikan baca Singapore Begins.
Makasih buat mimin Ice Cube yang udah pinjemin Singapore Begins!
Intinya, saya suka sama
novel ini.
No comments
Post a Comment