Apakah
kehendak bebas benar-benar ada?
Apakah
manusia bebas benar-benar ada?
Okky Madasari mengemukakan pertanyaan-pertanyaan besar dari manusia dan
kemanusiaan dalam novel ini.
Melalui dua tokoh utama, Sasana dan Jaka Wani, dihadirkan pergulatan manusia
dalam mencari kebebasan dan melepaskan diri dari segala kungkungan. Mulai dari
kungkungan tubuh dan pikiran, kungkungan tradisi dan keluarga, kungkungan norma
dan agama, hingga dominasi ekonomi dan belenggu kekuasaan.
Pasung Jiwa, Okky Madasari
Gramedia Pustaka Utama
***
Ini adalah karya kedua Okky Madasari yang saya baca setelah "Maryam" yang saya berikan bintang tiga.
Jika
dilihat di-review yang
ada pada "Maryam", nampaknya banyak yang kecewa. Mungkin mereka sudah
membaca "Entrok" dan "86", sedangkan saya belum.
Sampai
saya memutuskan untuk membeli (lumayan dapat diskon 20%) dan membaca buku ini.
Penasaran juga, karena sebenarnya banyak yang ngefans dengan gaya penulisan
Mbak Okky.
Dari awal
halaman saja, saya merasakan hanyut akan kegelisahan-kegelisahan yang
diungkapkan Sasana. Bagaimana doktrin dibuat, bagaimana seorang Sasana yang
pandai main piano justru jatuh cinta dengan dangdut. Entahlah, kegamangan itu
rasanya sampai pada saya.
Sampai
akhirnya Sasana dikirim ke Malang dan bertemu dengan Jaka Wani (Cak Jek).
Sasana menjelma menjadi Sasa sang biduan dengan Cak Jek yang ikut berdalih
dalam hal tersebut.
Hal ini
pun juga dipertanyakan Jaka Wani tentang ketidakadilan yang seringkali didapati
oleh kaum yang terpinggirkan: buruh.
Akhir dari
cerita ini pun nampaknya sengaja penulis hadirkan dengan tanpa penyelesaian
konflik, mengingat isu yang diangkat adalah tentang isu sosial mengenai
"kebebasan". Saya sendiri tidak mau memberikan spoiler karena biar Anda
sendiri deh yang membaca bagaimana penulis ini begitu "mahir".
Cerita
buku ini cukup panjang dan sedikit lebih menggambarkan potret negeri ini pula.
Entahlah, sebenarnya saya tidak terlalu suka membaca sesuatu dengan topik waria
atau LGBT. Tetapi di sini, penulis sangat mahir membangkitkan kegelisahan itu
juga pada saya. Banyak kali pertanyaan yang membuat saya tak nyaman seperti
yang saya tanyakan pada diri saya sendiri: "Bagaimana jika itu juga terjadi pada saya..."
Plot yang
disajikan pun juga apik dan memiliki kesan "bulat" bagi saya.
Sistematika dalam novel ini pun menyenangkan. Jujur saja, saya memang terbiasa
membaca dalam kurun waktu yang singkat, tetapi jarang sekali punya hasrat
"harus sekali diselesaikan".
Tapi
mungkin memang review yang
hadir pun tergantung selera. Dan bagi saya, novel ini sangat recommended. Iya, saya
benar-benar kasih 5 bintang!
Menyenangkan
sekali membaca buku ini. Mungkin saya jadi fans berat Mbak Okky sekarang. Hmm..
tinggal mengumpulkan uang untuk beli "Entrok" dan "86"!
No comments
Post a Comment